PENGUTIPAN CATATAN KAKI DAN DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

            Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatakan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Bila keterangan semacam itu ditempatkan pada akhir bab atau akhir karangan, maka catatan atau keterangan semacam itu disebut saja keterangan. Penjelasan mengenai sumber asal kutipan yang dimaksudkan dalam teks dapat ditempatkan pada catatan kaki (kalau memang cara ini dimaksudkan untuk menunjuk sumber tempat terdapatnya suatu kutipan, tetapi dapat juga dipakai untuk memberi keterangan-keterangan lainya dari teks yang akan diberi penjelasan itu terdapat suatu hubungan yang erat.
            Hubungan antara catatan kaki dengan teks yang dijelaskan itu biasanya dinyatakan dengan nomor-nomor penunjukan yang sama, baik yang terdapat dalam teks maupun yang terdapat dalam catatan kaki sendiri. Misalnya nomor urut penunjukan (…1). Selain menggunakan nomor-nomor penunjukan hubungan itu kadang-kadang dinyatakan pula dengan mmpergunakan tanda asterik atau tanda bintang (*) pada halaman yang bersangkutan. Bila pada halaman yang sama terdapat dua catatan atau lebih, maka dipergunakan satu tanda asterik untuk catatan pertama (…*), dan dua tanda asterik untuk catatan yang kedua (…**), dan seterusnya.










BAB II
PENGUTIPAN

1.      Kutipan
Dalam penulisan-penulisan ilmiah, baik penulisan artikel-artikel ilmiah. karya-karya tulis,maupun penulisan skripsi, dan disertasi-disertasi sering kali di pergunakan kutipan-kutipan untuk menegaskan isi uraian, atau untuk membuktikan apa yang dikatakan.
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik terdapat dalam buku-buku maupun majalah-majalah, dan surat kabar. kutipan juga dapat diambil dari sumber lisan yaitu dari ucapan lisan seperti pidato atau diskusi.
Walau kutipan atas pendapat seorang ahli itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa sebuah tulisan seluruhnya dapat terdiri dari kutipan-kutipan. Sebaliknya kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bahan untuk menunjang pendapatnya itu.

2.      Jenis Kutipan
a.       Kutipan langsung
Kutipan langsung adalah pinjaman pendapat dengan mengambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat dari sebuah teks aslinya.

b.      Kutipan tak langsung ( Kutipan isi )
Kutipan tak langsung adalah pinjaman pendapat seorang pengarang atau tokoh terkenal berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.

Perbedaan antara kedua jenis kutipan ini harus benar-benar diperhatikan karena akan membawa konsekuensi yang berlainan bila dimasukkan dalam teks. Dalam hubungan ini cara mengambil bahan-bahan dari buku-buku pada waktu mengumpulkan data akan sangat membantu. Kutipan langsung harus dimasukkan dalam tanda kutip, sedangkan kutipan tak langsung tidak diapit oleh tanda kutip.

3.      Prinsip-prinsip Mengutip
1.      Jangan mengadakan perubahan.
Pada waktu mengadakan kutipan langsung, pengarang tidak boleh mengubah kata-kata atau teknik dari teks aslinya.
2.      Bila ada kesalahan.
Bila dalam pengutipan itu terdapat kesalahan atau keganjilan. Entah dalam persoalan atau dalam soal-soal ketatabahasaan.
3.      Menghilangkan bagian kutipan.
Dalam kutipan-kutipan diperkenankan pula menghilangkan bagian-bagian tertentu dengan syarat bahwa penglihatan bagian itu tidak boleh mengakibatkan perubahan makna aslinya atau makna keseluruhannya.
Contoh bagian kalimat yang dihilangkan :
·         Naskah asli
Demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Antara lain apakah ada kata-kata yang tabu, sakral, atau yang berkonotasi lain.
·         Kutipan
“demikian pula nilai sosial kata harus sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. ….. .”
Contoh bagian alinea yang dihilangkan
·         Naskah asli
Kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang dimasuki. Pada situasi resmi (formal)
Digunakan kata-kata baku, sedangkan pada situasi tidak resmi (nonformal) dapat digunakan kata-kata nonbaku. Situasi masyarakat pendengar dan pembaca yang menjadi sasaran harus diperhatikan. baik umurnya, golongannya, maupun pendidikannya.
·         Kutipan
“kaidah sosial berhubungan erat dengan persyaratan kesesuaian pemilihan kata. Kata yang digunakan harus sesuai dengan kesempatan atau situasi yang di masuki . . . . . . . . . . . .



4.  Cara-cara mengutip.
Agar tiap-tiap jenis kutipan dapat dipahami dengan lebih jelas, perhatikanlah cara-cara sebagai berikut :
a.       Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris
Sebuah kutipan langsung yang panjangnya tidak lebih dari empat baris ketika , akan dimasukkan dalam teks dengan cara-cara berikut :
a.       Kutipan itu diintegrasikan langsung dengan teks;
b.      Kutipan itu diapit dengan tanda kutip;
c.       Jarak antara baris dengan baris dua spasi ;
d.      Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukkan setengah spasi keatas, atau dalam tanda kurung ditempatkan nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
Contoh :
            Arti deskripsi dapat kita lihat melalui batasan berikut : “deskripsi atau pemerian merupakan bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.”
Atau :
            Arti deskripsi dapat kita lihat melalui batasan-batasan berikut : ”deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha para penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan” (Gorys. 1981 : 93).
b.      Kutipan langsung yang lebih dari empat baris
Kutipan langsung yang panjangnya lebih dari empat baris ketikan ditulis dengan cara-cara berikut :
1.      Kutipan itu dipisahkan dari teks dengan jarak dua setengah spasi;
2.      Jarak antara baris dengan baris kutipan satu spasi;
3.      Kutipan itu dapat diapit atau tidak dengan tanda kutip;
4.      Sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjukan setengah spasi keatas, atau ditempatkan dalam tanda kurung nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu;
5.      seluruh kutipan dimasukkan kedalam 5-7 ketikan; bila kutipan itu dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama dari kutipan itu dimasukkan kedalam lagi 5-7 ketikan.
c.       Kutipan tak langsung
dalam kutipan tak langsung biasanya inti atau sari pendapat itu yang dikemukakan. Sebab itu, kutipan tak langsung tidak boleh mempergunakan tanda kutip. Beberapa syarat harus diperhatikan unhtuk membuat ketipan  tak langsung :
·         kutipan itu diintegrasikan dengan teks
·         jarak antara baris dengan baris dua spasi
·         kutipan tidak diapit dengan tanda kutip
·         sesudah kutipan selesai diberi nomor urut penunjuk spasi ke atas. Atau dalam kurung di tempat nama singkat pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat terdapat kutipan itu.
d.      Kutipan pada catatan kaki
selain dari kutipan yang dimasukkan dalam teks seperti telah diuraikan (baik kutipan langsung maupun kutipan tak langsung). Ada pula kutipan yang ditempatkan pada catatan kaki. Bila cara demikian yang dipergunakan, maka kutipan demikian selalu ditempatkan dalam spasi rapat, biarpun kutipan itu singkat saja.
e.       Kutipan atas ucapan lisan
dalam karya-karya ilmiah atau tulisan-tulisan lainnya, sering pula dibuat kutipan-kutipan atas ucapan-ucapan lisan, entah yang diberikan dalam ceramah-ceramah, kuliah-kuliah atau wawancara-wawancara sebenarnya kutipan atas sumber semacam ini sulit dipercaya, kecuali mungkin ucapan yang disampaikan seorang tokoh yang penting dalam suatu kesempatan yang luar biasa, serta dapat diikuti oleh masyarakat luas.












BAB III
CATATAN KAKI DAN DAFTAR PUSTAKA

1. Catatan Kaki
Catatan kaki adalah keterangan-keterangan atas teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan. Bila keterangan semacam itu ditempatkan pada akhir bab atau akhir karangan, maka catatan atau keterangan semacam itu disebut saja keterangan. Hubungan antara catatan kaki dan teks yang dijelaskan itu biasanya dinyatakan dengan nomor-nomor penunjukan yang sama, baik yang terdapat dalam teks maupun yang terdapat dalam catan kaki itu sendiri. misalnya  nomor urut penunjukan (…1).selain mempergunakan nomor-nomor penunjukan hubungan itu kadang-kadang dinyatakan pula dengan mempergunakan tanda asterik atau tanda bintang (*) pada halaman yang bersangkutan. Bila pada halaman yang sama terdapat dua catatan atau lebih, maka diperguanakan satu tanda asterik untuk catatan pertama (…*), dan dua tanda asterisk untuk catatan yang kedua (…**) dan seterusnya.

2. Tujuan Membuat Catatan Kaki
    Pada dasarnya sebuah catatan kaki dibuat untuk maksud-maksud sebagai berikut :
    1.  Menyusun pembuktian
      Catatan kaki bertujuan untuk menyusun pembuktian terhadap semua dalil atau      pernyataan yang penting yang bukan merupakan pengetahuan umum  dalam hal ini penulis menunjuk tempat atau sumber suatu kebenaran yang telah dibuktikan orang lain.
    2.  Menyatakan utang budi
      Catatan kaki bertujuan untuk menyatakan utang budi terhadap pengarang yang dikutip pendapatnya, yaitu secara jelas dan terus terang penulis menyatakan sumber kutipan itu diambil. Dengan menyebut nama pengarang yang dikutip pendapatnya itu, sekurang-kurangnya kita telah menyatakan utang budi kepadanya.


3. Menyampaikan keterangan tambahan 
Catatan kaki dapat pula dimaksudkan untuk menyampaikan keterangan tambahan untuk memperkuat uraian di luar persoalan atau garis-garis yang diperkenankan oleh laju teks.
 Prinsip yang umum untuk hal itu adalah bahwa gerak atau laju dari teks karangan tidak boleh diganggu oleh referensi atau keterangan tambahan.selain itu, keterangan tambahan yang dimaksud untuk memperkuat teks karangan dapat dibentuk :
a.       menyampaikan inti sebuah fragmen yang dipinjam
b.      menyampaikan informasi tambahan terhadap topik yang disebut dalam teks
c.       menyampaikan materi-materi penjelas yang kurang penting

      4. Merujuk bagian lain dari teks
catakan kaki dapat dipergunakan untuk menyediakan referensi kepada bagian-bagian lain dari tulisan itu. Dalam hal ini, penulis misalnya memberi catatan untuk melihat atau memeriksa uraian pada halaman atau bab lain sebelumnya.

3. Prinsip Membuat Catatan Kaki
Untuk membuat catatan kaki, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut :
a.       Hubungan catatan kaki dan teks
Hubungan catatan kaki dan teks harus dinyatakan secara jelas oleh nomor penunjuk, baik dalam teks maupun dalam catatan kaki. Nomor penunjuk pada catatan kaki dan teks selalu ditempatkan agak keatas setengah spasi dari baris teks yang bersangkutan, dan pada catatan kaki setengah spasi dibawah garis untuk catatan kaki tersebut .
b.      Nomor urut penunjukan
pemberian nomor urut penunjukan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pertama, nomor urut penunjukan berlaku untuk tiap bab; dan kedua, nomor urut penunjukan berlaku untuk seluruh karangan. Pemakaian nomor urut penunjukan tersebut masing-masing mempunyai konsekuensi tersendiri.


c.       Teknik pembuatan catatan kaki
Penempatan catatan kaki mengikuti syarat-syarat sebagai berikut :
harus di sediakan ruang atau tempat secukupnya pada kaki halaman tersebut, sehingga margin bawah tidak boleh sempit dari 3 cm sesudah diketik baris terkhir dari catatan kaki.
sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis mulai kiri sepanjang 15 ketikan (_________)
dalam jarak 2 spasi dari garis tadi, dalam jarak 5 -7 ketikan dari kiri diketik nomor penunjukan.
langsung sesudah nomor penunjukan, setengah spasi kebawah mulai diketik baris pertama dari catatan kaki.
jarak antara baris dalam catatan kaki adalah spasi rapat, sedangkan jarak antara catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) adalah dua spasi.
baris kedua dari tiap catatan kaki selalu dimulai dari kiri.
4. jenis catatan kaki
            Jenis catatan kaki dapat dibagi atas tiga macam :
1. penunjukan sumber (referensi)
             Catatan kaki yang menunjuk sumber kutipan disebut referensi. Referensi dibuat bila :
(a) mempergunakan sebuah kutipan langsung;
(b) mempergunakan sebuah kutipan tak langsung;
(c) menjelaskan dengan kata-kata sendiri apa yang telah dibaca;
(d) meminjam sebuah,peta. Atau diagram dari suatu sumber;
(e) menyusun sebuah diagram berdasarkan data-data yang diperoleh dari      sumber,atau beberapa sumber tertentu;
(f) menyajikan sebuah evidensi khusus, yang tidak dianggap sebagai pengetahuan   umum;
(g) menunjuk kembali kepada bagian lain dari karangan itu.



2. catatan penjelas
             Catatan penjelasan adalah catatan kaki yang dibuat  dengan tujuan untuk membatasi suatu pengertian, atau menerangkan dan memberi komentar terhadap suatu pernyataan atau pendapat yang dimuat dalam teks. Catatan penjelasan hanya berfungsi memberikan penjelasan tambahan.
3. gabungan sumber dan penjelas .
             Gabungan kedua macam catatan ini, pertama menunjuk sumber dimana dapat diperoleh bahan-bahan dalam teks; dan kedua, memberikan komentar atau penjelasan seperlunya tentang pendapat atau pernyataan yang dikutip tersebut, atau keterangan tambahan yang ada hubungan dengan sumber itu.

5. Unsur-unsur referensi
Unsur-unsur catatan kaki yang menyangkut referensi, disamping itu, ada perbedaan yang cukup penting, yaitu referensi selalu mencantumkan nomor halaman, dimana kutipan itu dapat diperoleh.
Unsur-unsur catatan kaki dimaksud adalah :
1.pengarang
       Nama pengarang dicantumkan sesuai dengan urutan biasa yaitu : gelar (kalau ada), nama kecil, nama keluarga. Pada penunjukan kedua, dan selanjutnya cukup dipergunakan nama singkat saja. 
2. judul
       Semua judul sebagai sumber referensi harus digaris bawahi, kecuali judul artikel dimasukkan dalam tanda kutip. Penyebutan sumber kedua dan seterusnya untuk sumber yang sama. Tidak perlu disebut lagi cukup diganti dengan singkatan.
3. data publikasi
       Tempat dan tahun penerbitan sebuah buku dapat dicantumkan pada referensi pertama ; referensi-referensi selanjutnya ditiadakan. Dalam referensi pertama, tempat dan tahun terbit ditempatkan dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan sebuah, misalnya : (Jakarta, 1973).


4. jilid dan nomor halaman
Untuk buku yang terdiri dari satu jilid. Maka singkatan halaman (hal.) dipakai untuk menunjukkan nomor halaman, misalnya : hal. 78. jika buku terdiri dari beberapa jilid, maka harus dicantumkan nomor jilid dan nomor halaman. Untuk nomor jilid dipergunakan angka romawi, sedangkan untuk nomor halaman dipergunakan angka arab.
6. Cara membuat catatan kaki
Cara membuat catatan kaki mempunyai hubungan pula dengan teks pada halaman yang sama.
1.referensi buku dengan seorang pengarang
       Contoh :
       1 Dr. Gorys Keraf. Komposisi (Ende Flores, 1980), hal. 201.
2.referensi buku dengan dua sampai tiga pengarang
       Contoh :
       2 Drs. Rasjid Sartuni, Drs. Lamuddin Finoza, Dra. Siti Aisyah Sudari. Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi (Jakarta, 1984), hal. 74.
3.referensi buku dengan banyak pengarang
       Contoh :
       3 Drs. Yulius S., et al,. Kamus Baru Bahasa Indonesia, (Surabaya, 1980), hal. 80.
4.referensi buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
       Contoh :
       4 Dra. Kartini Kartono. Psychology wanita. Jld. 1 (bandung, 1977), hal. 88-89.
5. referensi sebuah edisi dari karya seorang pengarang atau lebih
       Contoh :
       5 Lukman Ali, ed,. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjerminan manusia Indonesia baru. (Djakarta, 1967), hal.84-85.
       6 Harimurti kridalaksana. “pembentukan istilah ilmiah dalam bahasa Indonesia”. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia, sebagai Tjerminan Manusia Indonesia Baru, ed. Lukman Ali (Djakarta, 1967), hal. 84-85.


7. Daftar pustaka
Daftar kepustakaan atau bibliografi  adalah daftar yang berisi judul buku-buku,artikel dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang bertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dari karangan yang sementara digarap
8. Fungsi dan unsur-unsur daftar pustaka
Secara keseluruhan fungsi bibliografi ada dua, yaitu :
1. Memberikan deskripsi yang penting tentang buku majalah harian secara keseluruhan;
2.Sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki; maksudnya adalah apabila seorang pembaca ingin mengetahui lebih lanjut tentang refrensi yang terdapat pada catatan kaki, maka ia dapat mencarinya dalam daftar kepustakaan.
9. Cara membuat daftar pustaka 
cara penyusunan daftar pustaka dapat dilihat dibawah ini :
1.      Dengan seorang pengarang
contoh :
Ambari, Abdullah, Drs. Intisari Tatabahasa Indonesia. Bandung : Djatmika, 1979.
2.      Buku dengan 2 atau 3 pengarang
contoh :
Sartuni, Rasjid, Drs. Drs. Lamuddin finoza. Dra. Siti Aisyah Sundari. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Nina Dinamika, 1984. 















BAB IV
KESIMPULAN / PENUTUP

Pada pengutipan catatan kaki dan daftar pustaka dapat kami simpulkan bahwa semua yang menyangkut tentang kutipan-kutipan serta teknik catatan khaki, cara pembuatan catatan kaki, dan daftar puataka yang yerbentuk dalam sebuah buku.
Pembuatan makalah bahasa Indonesia ini berjudul “ pengutipan/catatan kaki dan daftar pustaka” oleh kelompok II bisa diselesaikan dengan baik, bila pun ada kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatan makalah ini mohan dimaklumi karena segala kekurangan yang bisa dijadikan sebagai bahan kesempurnaaan makalah ini.


   Wassalam













BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, M.K., Sabarti, Maidar Arsyad, Sakura Ridwan. 1984/1985
            Buku Materi Pokok Bahasa Indonesia, UNT 112/2 SKS/Modul 1 -3, 4 -6.
            Universitas  Terbuka : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar